Jumat, 01 April 2011

Takpala

Takpala adalah sebuah kampung tradisional yang terletak di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor. Disaat berada di kampung ini, Anda merasakan langsung keindahan alam pemandangan yang terdapat dan merasakan kesegaran udara yang dimungkinkan tergolong masih asri dan asli.

Pemandangan alam yang bisa Anda rasakan adalah pemandangan alam pantai dan bukit-bukit yang dipenuhi dengan pepohonan yang nan hijau lebat atau melihat tari-tarian suku warga setempat.

Untuk mencapai kelokasi, bisa dimulai dari Bandar Udara Mali-Alor ke Takpala dengan menggunakan kendaraan pribadi. Atau menggunakan kendaraan umum dari Terminal Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor jurusan Bukapiting, turun di Takalelang.[wlmn]

Minggu, 27 Maret 2011

PESONA PULAU ALOR

SEBUAH panorama indah terhampar di depan mata. Sungguh memesona. Pulau Tereweng, sebuah pulau kecil tak berpenghuni yang tampak tenang. Di sebelah kirinya ada Pulau Pantar, merupakan pulau terbesar kedua di Alor, masih lelap tertidur dibungkus dingin pagi itu. Pulau Tereweng terlewati, bertemulah Pulau Pura.
Di hari sepagi itu, pulau kecil yang terletak di depan Selat Kalabahi tersebut sudah menantang setiap mata yang memandang. Puncak Gunung Pura dengan kemiringan medan mendekati 90 derajat nan gersang itu tampak angkuh.

Di depan Wulau Pura ada sebuah pulau kecil, Kepa, demikian pulau ini biasa disebut. Di selat antara Pulau Kepa dan Pulau Alor, ada sebuah fenomena alam yang sangat unik. Pada waktu tertentu, muncul arus dingin. Saat muncul arus dingin ini, ikan-ikan akan melarikan diri ke darat. Munculnya arus dingin ini biasanya pada bulan Februari dan Oktober. Setiap kali peristiwa ini muncul, masyarakat bersama wisatawan menunggu di pinggir pantai untuk mengambil ikan-ikan segar. Dan, dari tepi pantai Alor, mereka menikmati panorama alam sambil menyantap ikan panggang.


Dari ujung Pulau Kepa, Kalabahi, ibukota Kabupaten Alor, tampak ramah menyapa. Beberapa saat setelah melewati Pulau Kepa, kapal merapat ke Pelabuhan Kalabahi. Aktivitas pagi baru dimulai di kota berpenghuni sekitar 30 ribuan jiwa itu. Bukan pemandangan unik di kota kecil itu jika angkutan umum hanya sampai pukul 19.00. Pilihan angkutan setelah jam itu hanyalah panser.
Panser bukanlah kendaraan milik tentara dengan senjata perang. Panser ala Kalabahi adalah mobil jip yang dimodifikasi menjadi kendaraan bak terbuka. Hanya dengan kendaraan ini orang bisa mencapai pelosok-pelosok kabupaten paling timur Propinsi NTT tersebut. Jangan heran kalau Anda bersama-sama dengan kambing dan ayam dalam perjalanan dengan angkutan unik ini.
Meski sarana dan prasarana terbatas, Kalabahi bisa membuat orang betah berlama lama. Terutama bagi mereka yang mencintai keindahan pantai berikut makanan laut, teristimewa ikan. Kota ini terletak di kedalaman sebuah teluk. Di negeri ini, memang banyak kota teluk, seperti Kendari, Jayapura dan Palu, namun Teluk Kalabahi sungguh memesona.
Pesona Teluk Kalabahi dapat dipandang utuh dari Moro, sebuah desa di timur laut kota itu. Hanya beberapa kilometer perjalanan, batas kota terlampaui sudah. Bau tanah di awal musim hujan menyapa indra penciuman. Tanah merah yang basah, daun kening sisa kemarau yang terkulai diguyur hujan seharian, rerumputan kering yang berbaur dengan tunas rumput baru, serta pohon jati yang tampak mulai menghijau menjadi pemandangan yang selalu hinggap di mata, sepanjang jalan menuju Moro.
Ketika gerimis perlahan mulai menghilang, kabut tipis tampak berkejaran di langit yang mulai cerah. Dari balik sebuah bukit kecil di batas mata memandang, ada warna-warni yang bersatu membentuk pelangi yang memanjang menggapai langit. Sementara dari lereng sampai puncak bukit yang tampak dari kejauhan, hutan kemiri membentang. Warna putih bunga kemiri yang tampak merata itu adalah panorama tersendiri yang indah menyapa mata.
Beberapa kilometer berselang tampak laut biru membentang di Selat Kalabahi. Permukaan laut bening dan tenang laksana sebuah cermin raksasa. Pada pagi dan senja hari kita bisa menyaksikan perahu-perahu nelayan yang terapung tenang di atas laut atau perahu motor yang melintas mengangkut penumpang serta barang dari dan ke Kalabahi.


Lautnya selalu teduh, tanpa gelombang. Berada di pinggiran pantai Teluk Kalabahi, bagaikan berada di pinggiran sebuah danau yang luas. Sinar mentari senja yang memantul di permukaannya memberikan nuansa indah nan romantis. Beberapa mil di depan, tampak Kota Kalabahi pasrah menyambut senja.


Perjalanan ke Alor rasanya belum lengkap kalau tidak berusaha mengunjungi dan mengenal budaya khas masyarakat setempat. Masyarakat Alor adalah kumpulan komunitas yang memiliki keragaman etnolinguistik (bahasa dan etnik) dengan pola interaksi yang khas. "Di Alor, ada belasan bahasa dan puluhan etnik. Satu kecamatan, bahkan desa, memunyai bahasa sendiri. Saya sendiri hanya bisa menguasai dua bahasa, yakni bahasa dari daerah ayah clan ibu," kata Udin Djawa, seorang jurnalis di Alor.


Budaya Alor juga unik. Dalam ritual-ritual tertentu, budaya Alor di daerah pedalaman seolah lepas sama sekali dengan budaya masyarakat NTT lainnya. Namun, budaya masyarakat pantai umumnya masih memiliki benang merah dengan budaya Pulau Alor sering pula disebut Pulau Moko. Pasalnya, di pulau ini terdapat ribuan jenis moko atau nekara, sejenis bejana perunggu peninggalan kebudayaan Dongson, Vietnam, dari 300 tahun sebelum Masehi sampai tahun 200-an Masehi. Di seluruh Indonesia, peninggalan sejarah serupa moko ini mungkin hanya ada di Alor.


Entah mengapa benda ini bisa sampai di Alor dan menjadi benda yang dikeramatkan. Yang jelas, bagi warga Alor, moko memunyai nilai sosial, ekonomis, dan mistis religius yang tinggi. Moko menjadi benda ekonomi yang dipertukarkan dengan makanan, pakaian, atau hewan. Ketika dijadikan mas kawin, maka moko sudah menjadi penentu status sosial dan martabat suku, baik di pihak laki-laki maupun perempuan.


Namun, fungsi moko tidak sebatas itu. Moko menjadi benda sakral yang memiliki kekuatan mistis religius ketika dihadirkan dalam sebuah upacara adat. Moko bisa dijadikan alat musik pukul semacam fungsi gong dalam ritual adat yang sakral. Bebunyian yang dihasilkan media moko akan menghadirkan rasa bersatu antara orang-orang Alor dan para leluhurnya. Sebuah pesona wisata budaya yang sayang jika dilewatkan ketika menginjakkan kaki di Nusa Kenari ini.

sumber : http://spiritentete.blogspot.com

Sabtu, 26 Maret 2011

Renungan : Kasih Ibu Sepanjang Jaman

Published by mamah Aline at 17:59 under fiksi
karya mbak YSalma Hati Seorang Ibu

Rahasia di balik rahasia

“ Mas… mas… sudah gak kuat nih, bawa aku ke rumah sakit…!” teriakan Minuk memecah keheningan malam. Dibangunkannya sang suami yang lelap saat terasa kontraksi hebat di perut besarnya. Kesalnya memuncak, lelaki disampingnya tak kunjung membukakan mata.

“Mas, gimana sih…! Perutku sakit sekali, sepertinya mau melahirkan sekarang… bangun mas, cepatlah..!” erangnya lagi.

Sembari menggeliatkan raga yang terasa letih, Yus suami Minuk menyahut pelan, “Iya iya… tenang sedikit Ma, aku antar kamu ke rumah sakit sekarang.”

“ Telepon Ibu, suruh kemari. Dia harus menjaga Andi anak kita selama aku di rumah sakit. Lagipula kenapa ibu sakit-sakitan terus sih…!” sungut Minuk mengomentari soal Bu Anik.

Menyambar beberapa potong pakaian dan satu tas bayi, Minuk bergegas ke mobil menahan rasa mulas tak terelakkan. Tak lupa menghubungi adik-adiknya yang lain supaya menemuinya di rumah sakit.

***

“Tekanan darah pasien terus menurun Dok, grafiknya juga tak stabil. Apa perlu kita lakukan operasi untuk menyelamatkan bayi dan ibunya? Sudah sehari semalam pasien tak bisa mengejan, sudah ambil tindakan vacuum dan induksi tak bisa juga.”

“Sebaiknya kita bertindak cepat sebelum terlambat. Siapkan meja operasi dan hubungi keluarganya untuk minta persetujuan.” Dokter Wiro menyetujui pendapat asistennnya dan menyuruhnya membuat prosedur standar untuk penyelamatan pasien.

Suami Minuk mengangguk pasrah ketika dokter menyatakan operasi. Dia tak tahan melihat penderitaan istrinya yang terus mengerang dan melemah dan terakhir dokter mengabarkannya kona . Sesekali menerawang ke langit-langit ruang ICU, dia teringat isi telepon yang baru saja didengarnya.

“Mas Yus, aku tak bisa menemani mbak Minuk. Aku sendiri tak tahu harus kemana sekarang, rumahku disegel bank, seluruh perabot rumah dan mobil disita, hiks..hiks… aku ditipu rekan bisnisku mas …! Suamiku tak kunjung pulang dia takut didatangi distributor yang sudah menanamkan modalnya, sedangkan semua asset dan hartaku habis untuk menutupi utang, hiks!”

Itu tadi suara Yati diseberang telepon. Nada suaranya terdengar parau dan putus asa. Di tengah kecemasannya menanti kelahiran buah hati keduanya, kabar buruk lainnya datang dari adik iparnya itu. Bu Anik mertuanya tak bisa dihubunginya. Entah kenapa telepon genggam Tina tidak aktif, mengirim utusan ke rumah warung bu Anik pun nihil tak ada hasil. Rumah itu telah kosong ditinggal penghuninya……

Sebuah epilog, sepenggal kisah anak-anak manusia…

Dari balik terali besi, wajah kusut pria berbadan kekar itu dipenuhi luka lebam. Ingat, ya dia ingat sekali detik terakhir penangkapan dirinya di klub malam miliknya, saat ia hendak kabur ke luar menyadari dirinya berada dalam sergapan polisi. Tak sudi rasanya harus kehilangan harga diri dan kejayaannya sebagai pemilik klab malam paling bergengsi di kota itu, maka ia melakukan perlawanan. Tak ingin juga kejayaannya sebagai pemilik Bandar narkoba di kota itu dan limpahan uang sirna begitu saja.

“ Ini gara-gara si brewok sialan, dia yang membocorkan usaha ilegalku. Padahal aku hanya telat mengiriminya uang. Benar-benar pemeras licik dia! Hah.., ternyata kurirku pun sudah ditangkap! aku gak mau membusuk terlalu lama disini, aku harus cari jalan keluar…!” ceracaunya dalam hati.

Sudah seminggu dia mendekam disana, seminggu sudah pula dia tak berhasil mengontak kedua kakak perempuannya. Dalam kegalauan hatinya, masih sempat terpikir cara singkat membebaskan dirinya dari ancaman kurungan penjara. Hadi, nama lelaki itu begitu ciut nyali menyadari posisi dakwaan terhadap dirinya sebagai bukan hanya sebagai bandar narkoba tetapi juga prostitusi terselubung akan membawanya pada vonis penjara belasan tahun. Namun sekarang ia tidak berdaya…

***

Semilir angin sore, menebarkan wangi bunga kamboja ke pelosok pemakaman umum Sirnaraga. Suasana kelabu menaungi wajah dua perempuan yang tengah berdoa di sebuah nisan.

“ Minuk, Ibu tidak menyangka kamu pergi secepat ini. Ibu ikhlas, ibu maafkan kamu Nak. Walau hati ini masih terasa sakit, kasih sayang Ibu tak akan berkurang padamu. Sayang sekali saat melahirkan Ibu tak ada disampingmu” Isak wanita tua berbaju sederhana. Di dekatnya, perempuan muda bernama Tina mengelus pundak bibinya lembut.

“ Peristiwa demi peristiwa datang menghampiri mbak Minuk, mbak Yati dan mas Hadi pasti sudah digariskan Tuhan Bi. Kita harus menjalani dan menerimanya dengan tabah. Ada hikmah dari semua kemalangan yang menimpa Bi, buktinya mas Hadi sekarang banyak beribadah selama di penjara tidak seperti dulu lagi. Dan mbak Yati walaupun sekarang masih stress berat dengan kebangkrutannya masih bisa disembuhkan.”

” Kemarin kita jenguk Yati di RSJ, dia ingat Bibi ya kan… dia ternyata ingat Bibi dan meminta maaf, aku yakin dia menyadari kesalahannya sekarang.” Tina melanjutkan kata-katanya.

Bu Anik, ibu malang itu mengangguk pelan, tak terasa air mata jatuh dari pelupuk matanya. Ia ingat suaminya almarhum, teringat ketika membesarkan anak-anak mereka dengan kasih sayang. Lantas ingatannya melayang lagi pada saat dimana ia merasa diabaikan dan tak ada penghormatan. Dia hanya beban ketika anak-anaknya mencapai kejayaan.

Semilir wangi bunga kamboja masih tersisa lewat hembusan angin sepoi-sepoi di pekuburan itu. Jejak kaki telah berubah arah meninggalkan tempat itu. Di sisa hidup bu Anik, masih ada harapan untuk tetap bertahan hidup. Ia masih punya Tina, uang pensiun dan rumah sederhana di tempat baru mereka. Sepahit apapun jalan hidupnya, ia tetap berjuang hidup jauh dari kenyamanan. Tapi ia lega, anak bungsunya sudah bertaubat di penjara walaupun harus menjalani sisa hukuman yang cukup lama.

terilhami lagu IBU ciptaan dan dinyanyikan Iwan Fals, cerita diatas dibuat. seperti udara… kasih yang engkau berikan, tak sanggup ku membalas… ibu…ibu…
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu, ingin aku tertidur bagai masa kecil dulu…
Dengan apa membalas… ibu… ibu…

Renungan Kehidupan

Semoga Bisa Menjadi Bahan Renungan Kita Bersama Ya..

By : Ust. Arief  B. Iskandar

Saat Tulisaan saya tulis beberapa hari lagi kawan saya genap berusia 38 tahun.Ia kemudian berandai2 Sbb:
andai jatah Hidup kita di dunia ini 60 tahun, dengan usia kita saat ini 38 tahun, berarti sisa hidup kita tinggal 12th lagi, andai jatah hidup kita 40 tahun, berarti sisa hidup kita tinggal 2 tahun lagi,bagaimana jika jatah umur kita sudah habis dan besok atau lusa malaikat Izrail mencabut nyawa kita..? Duh! Betapa Singkat hidup 38 tahun. Jika Demikian tidak akan terasa menjalani hidup yang lebih pendek lagi; 22 tahun,12 tahun, 2 tahun,atau malah cuma 2 hari lagi.
Mendengar ocehannya, diam2 saya pun mulai merenungkan kata2nya.ia lalu melanjutkan
Andai selama 38 tahun itu kita tidur selama 8jam/hari, berarti 1/3 hidup kita dipakai untuk tidur,yakni sekitar 12,7 th.Andai sisa waktu perhari yang tinggal 16 jam itu kita pakai 4 jam untuk nonton TV,ngobrol ngarol ngidul,santai,dan melakukan hal2 yang berguna,berarti sisa waktu kita perhari tinggal 12 jam.sebab 12 jam melakukan hal2 tadi, 12 jam berarti ½ hari. Jika ia dikalikan 28 tahun berarti 19 th hanya kita pakai untuk melakukan hal2 yg tak berguna.
Dalam usia 38 th itu misalkan kita baru mulai bekerja efektif pada usia 25 tahun. Berarti kita bekerja sudah 13 tahun, jika rata2 kita bekerja 8 jam/hari, berarti kita telah menghabisakan waktu kita untuk bekerja 1/3 x 13 th = 3,9 th. Artinya dari 38 th itu kita menghabiskan total kira2 22,9 tahun hanya untuk bekerja mencari dunia, termasuk nonton TV,ngobrol, ngalor ngidul, santai, dan mungkin hal2 yg tidak berguna.
Mari bandingkan aktifitas ibadah juga dakwah kita, andai shalat kita 5 waktu di tambah shalat2 sunnah. Memakan waktu total hanya 1,5 jam perhari, berarti kita hanya menghabiskan 547 jam pertahun untuk shalat. Berarti hanya sekitar 23 hari pertahun.Andai kita baru benar2 menunaikan shalat umur 15 th,(saat mulai baligh). Berati kita baru menghabisakan sekirar 414 hari(= 23 x 18[38-15]) untuk shalat. Artinya selama 38 tahun kita menunaikan shalat hanya 1 tahun 49 hari!
Bagaimana dg aktivitas dakwah kita? Andai dakwah kita baru kita mulai pada usia 20 tahun dan hanya memakan 2 jam/hari, berarti kita menghabiskan waktu berarti kita menghabiskan waktu kira2 547,5 hari untuk dakwah. Artinya, kita hanya menghabiskan waktu 1,5 tahun saja untuk berdakwah.
Firman Allah : Tidaklah aku menciptakan Jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku ( QS.Az-Zariyat[51]:56).
Lalu saya menyela,”Bekerja kan termasuk ibadah juga.”
namun ia segera mengajukan pertanyaan retoris kepada saya :
Baik. Sekarang bagaimana jika semua itu ternyata tidak bernilai disisi Allah? Bagaimana jika amal2 kita ternyata tidak di terima oleh Allah? Bagaimana jika shalat kita yang jarang sekali khusuk itu ditolak oleh Allah? Bagaimana pula jika dakwah kita pun yag mungkin kadang bercampur dg Riya’dan tak jarang minimalis, tak dipandang Allah?
Betul kita tidak boleh pesimis. Kita harus penuh harap kepada Allah, semoga semua amal2 kita diterima. Na’udzubillah. Kita memang tidak berharap seperti itu. Disisi lain,setiap hari puluhan kali kita bermaksiat.
*Ada sedikit Pengeditan.*

Perenungan : HATI YANG JUJUR DAN TERBUKA

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 April 2010 -

Baca: Lukas 18:9-14

“Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihaniah aku orang berdosa ini.” Lukas 18:13

Keadaan hati kita dalah faktor penting dalam hubungan dengan Tuhan karena yang dinilai Tuhan bukanlah paras, perawakan atau pun kepandaian, melainkan isi hati kita. “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1 Samuel 16:7b), sebab “Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu.” (Amsal 27:19)

Untuk menggambarkan keadaan hati manusia, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan: “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai." (Lukas 18:10). Orang Farisi adalah tokoh agama yang tau banyak tentang isi Alkitab. Tapi sayang hatinya penuh kesombongan dan kemunafikan, merasa bersih dari dosa, tanpa cacat cela seperti tertulis: “Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” (Lukas 18:11-12). Otomatis orang Farisi merasa tidak lagi memerlukan belas kasih dan anugerah Tuhan; orang sehat tentunya tidak memerlukan dokter/tabib. Sebaliknya, “...pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” (Lukas 18:13).

Kejujuran dan keterbukaan hati si pemungut cukai telah membuka pintu rahmat Tuhan. Permohonan belas kasih yang dipahat dari jeritan hati yang remuk selalu menyentuh hati Tuhan. Tuhan berkata, “Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain (Farisi) itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Lukas 18:14).

“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” Mazmur 51:19

Sosok Seorang Ayah


Tuk’ smua ayah d dunia n special thank’s buat Papa
Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa? Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng. Tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau
lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil……Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu…Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya” , Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka…. Tapi sadarkah kamu? Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang” Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :”Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”. Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja….Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”. Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga.. Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama…. Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia….. :’) Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu.. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir… Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut…Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. . Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?” Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa”
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti… Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa :)
Ketika kamu menjadi gadis dewasa….Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…Papa harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati… Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tidak…. Tidak bisa!” Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu”. Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..Karena Papa tahu…..Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti…
Dan akhirnya….Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia…. Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Papa menangis karena papa sangat Bahagia!
Kemudian Papa berdoa….Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik….Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik….Bahagiakanlah ia bersama suaminya….”
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….
Papa telah menyelesaikan tugasnya….
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita…Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu…
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal apapun.:’)
Tersenyum dan bersyukurlah ketika kamu bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah hingga tugasnya selesai….
Jika kamu mengalaminya, Kamu adalah salah satu orang yang beruntung…
Peace….
(Thomas Tjahja - milis Single Katolik)